Monday 9 August 2021

PERJUANGAN MOHAMMAD NATSIR

 PERJUANGAN MOHAMMAD NATSIR


Lahir : 17 Juli 1908 Alahan Panjang, Lembah Gumanti, Solok, Sumatera Barat, 

   Hindia Belanda

Wafat : 6 Februari 1993 (umur 84) Jakarta, Indonesia

Kebangsaan     : Indonesia

Partai politik   : Masyumi

Profesi  : Politikus

                         

Muhammad Natsir adalah salah seorang pejuang pergerakan nasional. Namun, perjuangan perjuangan Natsir berhasil dihindari hingga Natsir baru mendapatkan gelar kepahlawanannya pada tahun 2007 yang diberikan oleh presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Bagaimanaakah sejarah perjuangan M. Natsir yang sempat terlupakan? Natsir disetujui pada 17 Juli 1908 di kota Alahan Panjang, Sumater Barat. Ketika kecil, Natsir belajar di HIS Solok dan di sekolah agama Islam. Pada tahun 1923 - 1927 Natsir mendapatkan beasiswa untuk mendapatkan pendidikannya di sekolah MULO. Di sanalah Natsir menjadi aktivis Pandu Natin dari Young Islamiten Bond cabang Padang. Setelah itu, Natsir melanjutkannya ke AMS di Bandung hingga tahun 1930. Di sanalah Natsir banyak belajar ilmu pengetahuan dari barat dan belajar filsafat Romawi,Yunani, dan Eropa serta sejarah peradaban Islam. Di sana pula Natsir bertemu dengan para pejuang pergerakan nasional lainnya. Diantaranya adalah Syafruddin Prawiranegara, Muhammad Roem, dan Sutan Syahrir. Pada tahun 1930, Natsir berguru pada Ahmad Hasan, pendiri organisasi Islam Persis. Natsir pernah menyetujui menteri penerangan Republik Indonesia pada tahun 1946 - 1949 dan menjadi Perdana Menteri dari 5 September 1950 hingga 26 April 1951.


Natsir merupakan salah satu pejuang Islam. Natsir adalah salah satu dari partai dan pemimpin partai Masyumi, partai Islam yang pernah memenangkan pemilihan pada tahun 1955. Selain di tanah air, Natsir juga dikenal sebagai anggota dewan internasional sebagai anggota dewan Rabithah Alam Islami ( Liga Muslim Dunia ), bahkan Natsir pernah meminta sebagai sekretaris jenderal di lembaga tersebut.


Natsir adalah pidatonya di hadapan sidang Konstituante. Pada sidang Konstituante tahun 1957, Natsir berpidato dengan memaparkan kelemahan sekularisme. Natsir menjelaskan bahwa sekularisme adalah paham tanpa agama. Sekularisme adalah cara hidup yang mengandung paham, tujuan dan sikap hanya di batas kehidupan dunia. Intinya, M. Natsir menawarkan kepada sidang Konstituante agar membawa Islam sebagai dasar negara Republik Indonesia. Pidatonya ini sangat terkenal hingga sastrawan yang juga ulama, Buya Hamka, membuat puisi khusus untuk perjuangan Natsir melawan sekularisme. Salah satu novelnya yang terkenal berjudul "Di Bawah Lindungan Ka'bah".


Berbagai penghargaan yang pernah diraih oleh Natsir di kancah internasional. Natsir pernah mendapatkan penghargaan bintang kehormatan dari Republik Tunisia dalam perjuangannya membantu negara kemerdekaan - negara Islam di Afrika Utara. Pada tahun 1967, Natsir juga mendapatkan gelar Doktor Honoris Causa dari Universitas Libanon dalam bidang politik Islam, menerima Faisal Award dari kerajaan Arab Saudi pada tahun 1980 untuk pengabdiannya pada Islam, dan Doktor Honoris Causa dari Universitas Sains dan Teknologi Malaysia pada tahun 1991 di bidang yang dikunjungi Islam.


No comments:

Post a Comment